
“Sayangnya kewaspadaan publik
terhadap stroke sangat rendah. Pengetahuan tentang ini bahkan lebih
rendah pada orang berusia lanjut, terutama kaum wanita dan minoritas.
Mereka tidak memahami tindakan yang perlu dilakukan ketika seseorang
mengalami stroke,” ujarnya. Stroke dapat muncul dalam berbagai
bentuk. Stroke ischemic disebabkan penyumbatan pembuluh darah.
Sementara itu serangan hemorrhagic disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah. Gejala-gejala yang perlu diperhatikan dari stroke adalah
lumpuh mendadak, wajah tampak turun di salah satu sisi, kesulitan
berbicara, kebutaan, mati rasa, pandangan kabur, tampak gerakan yang
tidak nyata, kesulitan untuk seimbang hingga hilang kesadaran.
“Seiring dengan pertambahan usia, risiko seseorang untuk terkena
stroke semakin tinggi. Pria lebih berisiko terkena stroke
dibandingkan wanita,” jelas Sayona. Sementara itu, Neurolog dari
Rush University Medical Center Dr Richard E. Temes mengatakan, stroke
sangat mungkin terjadi kapan saja. Yang perlu diingat adalah stroke
sangat mungkin dicegah. Salah satu penanda yang paling mudah dikenali
saat seseorang akan terkena stroke adalah penyumbatan pembuluh darah
sementara atau disebut transient ischemic attack (TIA). Sekitar
15%-20% dari pasien yang mengalami stroke terlebih dulu mengalami
TIA. “Gejala-gejalnya sama dengan saat seseorang mengalami stroke,
hanya saja tidak berlangsung lama,” terangnya. Saat seseorang sadar
dia mengalami TIA, lanjut Richard, maka sebaiknya mencari pertolongan
medis secepatnya untuk mencegah serangan stroke yang sebenarnya.
Faktor risiko yang mempertinggi kemungkinan stroke sangat mungkin
dikontrol seperti tekanan darah tinggi, kebiasaan merokok, kolesterol
tinggi dan obesitas, perubahan detak jantung, diabetes dan berbagai
penyakit lainnya. “Anda bisa berhenti merokok, mencoba pengobatan
dan mengontrol pola makan. Namun yang paling penting adalah mencoba
mengatur tekanan darah Anda,” tutur Sayona. Untuk pengobatan
darurat pada saat stroke dapat digunakan sejenis obat yang disebut
tPA yang dimasukkan melalui urat. “Anda akan pulih 60-70 &
lebih cepat jika saat terjadi stroke diberikan pengobatan itu,”
ujar Sayona. Namun, tPA juga hanya efektif jika diberikan pada tiga
jam pertama terjadi stroke. Jika diberikan setelah itu, justru obat
tersebut dapat meningkatkan risiko pendarahan otak. Jika pasien
sampai di rumah sakit sekitar enam hingga delapan jam setelah
terjadinya stroke, pengobatan masih dapat dilakukan melalui kateter
melalui pembuluh darah dan pembekuan pada otak. “Sangat penting
untuk mengetahui tanda serta gejala stroke dan membawa orang yang
terkena stroke ke ruang gawat darurat sesegera mungkin,” tegasnya.