Musim Hujan adalah musim yang unik,
karena ketika musim hujan pasti akan diiring dengan musim – musim lainnya.
Misalnya musim buah buahan sebab akan banyak pohon berbuah ketika musim hujan.
Selain itu biasanya musim hujan akan diiringi juga dengan musim banjir di
banyak tempat. Tapi yang terpenting dari semua itu yang pasti biasanya akan
muncul musim penyakit. Seperti flu, demam, malaria dan yang lebih berbahaya
dari semua itu ialah penyakit DBD ( demam berdarah dangue
) . Sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus,
yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. DBD ini banyak
di temukan di daerah tropis yang curah hujannya cukup tinggi. Sebab nyamuk akan
mudah berkembang biak di daerah yang tergenang air. Umumnya sering terjadi di
daerah Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Penularan penyakit DBD dari satu orang ke orang lain dengan perantara nyamuk
Aedes. Penyakit ini tidak akan menular tanpa ada gigitan nyamuk. Nyamuk pembawa
virus dengue yang paling utama adalah jenis aedes aegypti, sedangkan aedes
albopictus relatif jarang.
Aedes aegypti umumnya berkembang biak di rumah penduduk, aedes albopictus lebih
suka di cekungan dahan pohon yang menampung air. Makanya nyamuk jenis ini lebih
sering ditemukan di kebun-kebun. Ditemukan hal yang ganjil, terdapat angka
penderita cukup tinggi meskipun jumlah penduduknya jarang di daerah tertentu.
Setelah ditelusuri, ternyata penyebabnya banyak nyamuk albopictus terdapat di kebun-kebun warga. Persamaannya, kedua jenis nyamuk ini sama-sama menyukai air bersih dan nyaris terdapat di seluruh Indonesia. Kecuali di daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan air laut.
Nyamuk Aedes Aegypty mulanya berasal dari Mesir yang kemudian menyebar ke seluruh dunia, melalui kapal laut atau udara. Nyamuk hidup dengan baik di belahan dunia yang beriklim tropis dan subtropis seperti Asia, Afrika, Australia, dan Amerika.
Secara fisik bentuk nyamuk aedes adalah hitam putih pada kaki dan badannya, `pontianak' kecil berukuran lebih kurang lima milimeter. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak bisa menggigit dan menghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan.
Umur nyamuk betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 11/2 bulan dan tergantung suhu kelembaban udara sekelilingnya. Kepadatan nyamuk akan meningkat saat musim hujan.
Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang mempunyai sifat yang khas, menggigit pada waktu siang yaitu pada pagi dan sore hari, hinggap antara lain di gantungan baju, dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan, tempat minum burung dan barang-barang bekas yang dibuang sembarangan yang pada waktu hujan terisi air.
Untuk berkembang biak, nyamuk dewasa bertelur di air, hari pertama langsung menjadi jentik sampai hari ke-4, lalu menjadi pupa (kepompong), kemudian akan meninggalkan rumah pupa-nya menjadi nyamuk dewasa.Hanya bertelur di tempat genangan air jernih dan tidak bersarang di air got dan semacamnya.
Nyamuk aedes dapat berkembang di dalam air bersih yang menggenang lebih dari lima hari. Dapat berkembangbiak di air dengan volume minimal kira-kira 0.5 sentimeter atau sama dengan satu sendok teh saja. Siklus perkembangbiakan nyamuk berkisar antara 10-12 hari. Kemampuan terbangnya antara 40 hingga 100 m.
Kajian ilmiah terkini mendapatkan bahwa nyamuk aedes dewasa yang bertelur akan menurunkan virusnya secara langsung kepada keturunannya. Apabila dewasa kelak, ia tidak perlu menggigit manusia yang ada terinfeksi virus untuk menjadi pembawa virus dengue.
Masalah lain yang mengkawatirkan bahwa telur aedes dapat bertahan hingga enam bulan lamanya sekalipun berada di tempat yang kering dan bukannya di dalam air. Apabila telur tersebut terkena air dalam waktu tertentu, ia tetap akan membiak menjadi jentik-jentik.
Proses penularan
Cara penularan penyakit DBD adalah melalui gigitan nyamuk Aedes yang mengigit penderita DBD kemudian ditularkan kepada orang sehat. Masa menggigitnya yang aktif ialah pada awal pagi yaitu dari pukul 8 hingga 10 dan sore hari dari pukul 3 hingga 5.
Nyamuk aedes aegypti lebih suka berkelana mencari mangsanya di siang hari dibanding nyamuk lain yang cenderung menyerang manusia pada malam hari. Setelah menggigit tubuh manusia sengan cepat perutnya menjadi buncit dipenuhi kira-kira dua hingga empat miligram darah atau sekitar 1.5 kali berat badannya.
Berbeda dengan spesies sejenis lainnya, lazimnya sudah cukup puas menggigit satu mangsa pada periode setelah bertelur hingga akhir hidupnya, aedes mempunyai kebiasaan menggigit beberapa orang secara berganti-ganti dalam jangka waktu yang singkat.
Nyamuk betina menghisap darah manusia untuk mendapatkan protein bagi
keperluan pembiakannya. Tiga hari selepas menghisap darah, ia akan menghasilkan hingga 100 butir telur yang halus seperti pasir. Nyamuk dewasa akan terus menghisap darah dan bertelur lagi.
Apabila nyamuk betina menggigit atau menghisap darah orang yang menagalami infeksi dengue, virus akan masuk ke dalam tubuh nyamuk. Diperlukan waktu sembilan hari oleh virus dengue untuk hidup dan membiak di dalam air liur nyamuk.
Apabila nyamuk yang terjangkit menggigit manusia, ia akan memasukkan virus dengue yang berada di dalam air liurnya ke dalam sistem aliran darah manusia. Setelah empat hingga enam hari atau yang disebut sebagai periode inkubasi, penderita akan mulai mendapat demam yang tinggi.
Penularan mekanik juga dapat terjadi apabila nyamuk aedes betina sedang menghisap darah orang yang terinfeksi virus dengue diganggu, dan nyamuk itu segera akan menggigit orang lain pula. Hal ini menyebabkan virus yang terdapat di dalam belalai nyamuk tersebut akan masuk ke dalam peredaran darah orang kedua tanpa memerlukan masa inkubasi. Seekor nyamuk yang sudah terjangkit akan membawa virus itu di dalam badannya sampai berakhir kehidupannya.
Pencegahan utama
Sejak dulu tidak ada yang berubah dengan bionomik atau perilaku hidup nyamuk Aedes aegypti sehingga teknologi pemberantasannya pun dari dulu tidak berubah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD peran masyarakat sangat besar, sehingga boleh dikatakan persentasenya lebih dari 90% dari keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD. Dan upaya tersebut sangat berkaitan dengan faktor perilaku dan faktor lingkungan.
Masyarakat juga dapat berperan dalam upaya pemberantasan vektor yang merupakan upaya paling penting untuk memutuskan rantai penularan dalam rangka mencegah dan memberantas penyakit DBD muncul di masa yang akan datang.
Dalam upaya pemberantasan vektor tersebut antara lain masyarakat dapat berperan secara aktif dalam pemantauan jentik berkala dan melakukan gerakan serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
PSN secara umum adalah melakukan gerakan 3M yaitu menguras bak air, menutup tempat yang mungkin menjadi sarang berkembang biak nyamuk, mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air. Di tempat penampungan air seperti bak mandi diberikan insektisida yang membunuh larva nyamuk seperti abate. Ini bisa mencegah perkembangbiakan nyamuk selama beberapa minggu, tapi pemberiannya harus diulang setiap periode waktu tertentu.
Dengan demikian gerakan PSN dengan 3M Plus yaitu menguras tempat-tempat penampungan air minimal seminggu sekali atau menaburinya dengan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk Aedes aegipty tidak bisa bertelur. Mengubur dan membuang barang-barang bekas seperti ban bekas, kaleng bekas yang dapat menampung air hujan.
Pemberantasan DBD akan berhasil dengan baik jika upaya PSN dengan 3M Plus dilakukan secara sistematis, terus-menerus berupa gerakan serentak, sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat dan lingkungannya ke arah perilaku dan lingkungan yang bersih dan sehat, tidak kondusif untuk hidup nyamuk Aedes aegypti.
Berbagai gerakan yang pernah ada di masyarakat seperti Gerakan Disiplin Nasional (GDN), Gerakan Jumat Bersih (GJB), Adipura, Kota Sehat dan gerakan-gerakan lain serupa dapat dihidupkan kembali untuk membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Gejala DBD
Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15
hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan
menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
- Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
- Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
- Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
- Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
- Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
- Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
- Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
- Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
- Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
- Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Pencegahan Demam berdarah dapat berupa :
3M
3M
- Menguras : Menguras tempat penampungan air secara rutin, seperti bak mandi dan kolam. Sebab bisa mengurangi perkembangbiakan dari nyamuk itu sendiri. Atau memasukan beberapa ikan kecil kedalam bak mandi atau kolam. Sebab ikan akan memakan jentik nyamuk.
- Menutup : Menutup tempat-tempat penampungan air. Jika setelah melakukan aktivitas yang berhubungan dengan tempat air sebaiknya anda menutupnya agar nyamuk tidak bisa meletakan telurnya kedalam tempat penampungan air. Sebab nyamuk demam berdarah sangat menyukai air yang bening.
- Mengubur. Kuburlah barang – barang yang tidak terpakai yang dapat memungkinkan terjadinya genangan air.
Pengobatan
Banyak orang yang
sembuh dari penyakit ini dalam jangka waktu 2 minggu. Tindakan pengobatan yang
umum dilakukan pada pasien demam berdarah yang tidak terlalu parah adalah
pemberian cairan tubuh (lewat minuman atau elektrolit) untuk mencegah dehidrasi
akibat demam dan muntah, konsumsi obat yang mengandung acetaminofen (misalnya
tilenol) untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam serta banyak istirahat.
Aspirin dan obat anti peradangan nonsteroidal seperti ibuprofen dan sodium
naproxen justru dapat meningkatkan risiko pendarahan. Bagi pasien dengan demam
berdarah yang lebih parah, akan sangat disarankan untuk menjalani rawat inap di
rumah sakit, pemberian infus dan elektrolit untuk mengganti cairan tubuh, serta
transfusi darah akibat pendarahan yang terjadi.
Dalam rangka usaha pemberantasan yang di tujukan kepada vekstor
diperlukan unsur-unsur penunjang yaitu data informasi mengenai keadaan vector tersebjut.
Nyamuk Aedes aegypti berhubungan erat
dengan manusia dan tempat tinggal mereka. Manusia tidak hanya
menyediakan nyamuk dengan makanan darah tetapi juga wadah penampungan air di
dalam dan sekitar rumah untuk melengkapi perkembangan hidupnya. Nyamuk meletakkan telur pada sisi wadah air dan telur tersebut menetas menjadi larva setelah
hujan atau banjir. Larva berubah menjadi
pupa dalam waktu sekitar seminggu dan menjadi nyamuk dalam dua hari. Selain itu, manusia juga memberikan perlindungan
kepada nyamuk Aedes aegypti
dengan
menyediakan tempat yang dingin dan gelap, seperti lemari yang
memberikan kemampuan kepada mereka untuk
menggigit di dalam ruangan.
Selama ini upaya efektif untuk mencegah dan mengendalikan
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah dengan pengendalian vektornya.
Upaya-upaya yang sudah dilakukan antara lain dengan pemutusan rantai nyamuk
penularnya dengan cara penaburan larvasida, fogging focus dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
yang meliputi; pengurasan tempat penampungan air, menutup tempat penampungan
dan penguburan barang bekas.
Survey jentik nyamuk di lakukan di tiap rumah warga di 12 Kelurahan yang dibagi menjadi 4
Kelurahan di tiap triwulan tahun berjalan, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui: (1). ada/ tidaknya jentik nyamuk
Aedes sp. di rumah warga yang ada di
Kecamatan Unaaha, (2). indeks jentik nyamuk Aedes sp. di Kecamatan Unaaha, dan
(3). upaya pemberantasan jentik nyamuk Aedes sp. Di Kecamatan Unaaha.
Survey dilakukan di dalam rumah dan di luar rumah warga, dengan
melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air, baik di dalam rumah (
Drum, bak mandi, tempayan, dan lain-lain) maupun di luar rumah.
Adapun hasil yang di temukan pada saat pelaksanaan pemeriksaan
jentik nyamuk aedes di Kelurahan Asambu tanggal adalah tidak di temukan adanya jentik nyamuk di
dalam maupun di luar rumah warga.